KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunianya kepada saya
sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini saya buat
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental yang berjudul “Pertumbuhan dan
Perkembangan Mental pada Anak”.
Terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Kesehatan Mental yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari bahan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu Kritik dan saran dari semua pihak bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Penuis
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN ........................................................................... ........ i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................
1
1.1
Latar Belakang ....................................................................... ....... 1
1.2
Perumusan dan Pembatasan Masalah ..................................... ....... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... ....... 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................... ....... 2
BAB
II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian pertumbuhan dan
Perkembangan Anak ....................... 3
2.2
Teori-Teori pada Ahli ............................................................. ....... 4
BAB III PEMBAHASAN MASALAH .................................................... ....... 5
3.1 Peranan Orang Tua bagi Perkembangan
Anak ....................... ....... 5
3.2 Problem dalam Perkembangan Anak ...................................... ....... 9
BAB
IV PENUTUP
.................................................................................... ..... 12
4.1 Kesimpulan ............................................................................. ..... 12
4.2 Saran ....................................................................................... ..... 12
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................... ..... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dari Penilitianyang dilakukan
terhadap Pasien-pasien yang menderita gangguan dan Penyakit Jiwa, dan tehadap
orang-orang yang tidak merasakan kebahagiaan dalam hidup, terbukti bahwa
sebab-sebab yang terbesar terletak pada pendidikan yang diterimanya, terutama
pendidikan waktu kecil.
Karena itu, hubungan antara
Pendidikan dan Kesehatan Mental sangat erat. Yang dimaksud dengan Pendidikan
dalam hal ini, ialah yang diterima si Anak dirumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Akan terlihat betapa besar penangaruh Pendidikan itu atas kelakuan
anak-anak, ada yang menjadi nakal, keras kepala dan sebagainya. Dalam hal ini
akan terlihat pula betapa pentingnya Pendidikan agama dalam Pembinaan
kepribadian si Anak.
Orang
menyangka bahwa Pendidikan itu adalah Penanaman sifat-sifat yang baik kepada si
Anak, seperti Sopan Santun, Budi Pekerti, Tata Tertib, Agama dan sebagainya,
yang semuanya ditujukan kepada si Anak, tanpa menyadari peranan orang tua
sendiri. Padahal Pendidikan itu adalah jauh lebih luas dari pada itu.
Yang dimaksud dengan Pendidikan
dalam hubungannya dengan Kesehatan Mental, bukanlah pendidikan yang disengaja
yang ditujukan kepada objek yang di didik, akan tetapi yang lebih dari pada itu
adalah keadaan dan suasana rumah tangga, keadaan jiiwa bapak ibu, hubungan
antara satu dengan yang lainnya dan sikap jiwa mereka terhadap rumah tangga dan
anak-anak.
Segala
persoalan orang tua itu akan mempengaruhi si Anak. Karena yang mereka rasakan
akan tercermin dalam tindakan-tindakan mereka .
1.2 Perumusan
dan Pembatasan Masalah
a. Perumusan
Masalah
1) Apa
kewajiban orang tua bagi perkembangan mental si Anak ?
2) Problem
apa saja yang mempengaruhi perkembangan si Anak ?
b. Pembatasan
Masalah
Pembatasan
masalah ini ditulis supaya tidak melebar dari isi makalah yaitu Pertumbuhan dan
Perkembangan Mental pada anak serta problem dan upaya mengatasi problem itu.
Karena keterbatasan Sumber dan Pengetahuan serta memudahkan pembaca memahami
apa yang di sampaikan.
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk
mengetahui :
a. Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
b. Pentingnya
Peranan orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Problem-problem
yang dialami si Anak
d. Solusi
dari problem yang di alami si anak
e. Dan
menambah wawasan serta pengalaman bagi mahasiswa / mahasiswi
1.4 Metode
Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini
penulis menggunakan jalur Informasi dan gudang ilmu pengetahuan yaitu Internet
dan bedah pustaka
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Pertumbuhan Perkembangan Anak
Pertumbuhan
adalah Perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisikyang berkembang secara normal pada anak yang sehat dalam
perjalanan waktu tertentu.
Hasil dari pertumbuhan antara lain
berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitasif badan anak seperti tinggi,
berat dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang
makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan perubahan struktur jaringan
lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat juga diartikan proses perubahan dan
proses pematangan fisik.
Adapun
pengertian perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada
mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah nya itu sendiri.
Melainkan penyempurnaan fungsi Psikologis yang disandang organ-organ fisik.
Dalam Dictionary of Psychogy (1972) merincikan perkembangan manusia
sebagai berikut :
a.
The
Progressive and Continous
Change in the organism
form birth to death. Perkembangan itu merupakan perubahan
yang progresif dan terus menerus dalam diri manusia sejak lahir hingga mati
b. Growth,
perkembangan itu berarti pertumbuhan
c. Change in the shape and integration
parts of bodily parts into fungtional parts.
Perkembangan
berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.
d. Maturation
or apperance of fundamental pattern of unlearhead behavior
Perkembangan
itu adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan
hasil belajar.
Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri
hayatnya. Sedang pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan
fisik (Maturation).
2.2 Teori – Teori para Ahli
a. Arthur
Schopenhover (1788-1860) seorang pilosof Jerman, menyatakan bahwa perkembangan
manusia itu di tentukan oleh pembawaan nya sedangkan pengalaman dan pendidikan
tidak berpengaruh apa-apa ( Pesimisme pedagogie )
b. Jhon
Locke (1632-1704)
mengatakan bahwa perkembangan
manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalam pendidikannya ,
sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
a. Menurut
Muhibbin Syah (1999:11)
Perkembangan
adalah proses perkembangan Kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ
jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri.
b. Menurut
Dalyono (1997:78)
Perkembangan
tak ditekankan pada segi materi, melainkanpada segi fungsional. Perubahan
fungsi disebabkan adanyaproses pertumbuhan materi yang memungkin kan adanya
fungsi itu.
c. Louis
William Stern (1871-1938)
Mengemukakan
bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh factor pembawaan dan lingkungan,
keduanya berpengaruh dalam menentukan masa depan.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Peranan Orang Tua bagi Perkembangan Mental
Anak
Keadan orang tua, sikapnya terhadap si
anak sebelum dan sesudah anak lahir ada pengaruhnya terhadap kesehatan mental
si anak. Hubungan antara ibu dan bapak hendaknya demikian rupa baiknya dimana
terdapat saling pengertian, saling menghargai dan cinta mencintai dalam arti
sesungguhnya.
Saling pengertian itu penting sekali,
karena suami istri adalah dua pribadi yang tumbuh terpisah satu dan lainnya,
serta mempunyai pengalaman yang berbeda pula kepribadian, sikap jiwa dan
pandangan hidupnya. Sebelum hidup bersama, perbedaan itu mungkin tak terlihat /
kurang berpengaruh, karena masing-masing calon masih dipengaruhi oleh emosi
gambaran-gambaran indah yang dikhayalkan. Akan tetapi, apabila hidup bersama
telah dimulai, makin hari makin bertambah sikap dan sifat suami / istri itu,
dan akan ditemuilah kekurangan-kekurangan yang dulu tidak pernah terbayangkan.
Si suami atau istri harus cepat
berusaha memahami sungguh-sungguh pasangan hidupnya itu dan selanjutnya
menyesuaikan diri, dengan sling menghargai dan saling membantu satu sama lain.
Kalau salah satu berkeras pada pendiriannya, tidak mau menghargai pihak lain,
maka akan hilanglah kebahagiaan rumah tangga. Karena salah satu terpaksa
menekan perasaan yang selanjutnya akan mempengaruhi Kesehatan Mental anak-anak
nya.
Banyak sekali kita temui dalam hidup
dimana anak-anak menderita bukanlah karena kurang pemeliharaan, makan, pakaian,
jajan dan sebagainya. Tapi mereka menderita karena melihat salah satu dari
orang tuanya menderita. Kendatipun mereka tetap di perlakukan dengan baik oleh
kedua orang tuanya.
Pendidikan yang baik bukan sekedar
latihan kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti kebiasaan waktu makan, tidur,
main atau latihan-latihan sopan santun yang harus dibiasakan oleh sang anak
sejak kecil atau kebiasaan belajar yang baik. Tapi yang jauh lebih penting dari
itu adalah sikap dan cara orang tua mengahadapi hidup pada umumnya dan cara
memperlakukan si Anak. Orang tua terutama ibu , haruslah dapat memperlakukan si
anak demikian rupa, hingga ia merasa diperhatikan dan di sayangi oleh ibunya,
walaupun ia dimarahi waktu bersalah tetapi dengan marahnya ibu itu masih dapat
ia merasakan kasih saying ibunya dan dapat menyadari bahwa ia bersalah dan
patut dimarahi.
Dalam perlakuan orang tua terhadap
anaknya harus dijaga dan diperhatikan kebutuhan-kebutuhan si anak dalam hidup
pada umumnya, mulai dari kebutuhan pokok(Primer) seperti makannya, minumnya dan
mengganti pakaiannya waktu basah, dan kebutuhan-kebutuhan yang brsifat kejiwaan
dintaranya
a.
Kasih Sayang
Kasih sayang sangat dbutuhkan si
anak dalam pertumbuhannya, kasih sayang tidak akan dirasakan oleh si anak
apabila hidupnya mengalami hal-hal sebagai berikut:
1) Kehilangan
Pemeliharaan Ibu
2) Si
anak merasa tidak diperhatikan atau kurang disayangi diantaranya :
(a) Suka
memperhatikan gerak-gerik orang tua, banyak Tanya atau selidik
(b) Sering
melakukan hal-hal yang menarik perhatian untuk memperoleh kasih sayng ,
misalnya banyak keuhan dan pengaduan.
(c) Akan
melukai/menyakiti dirinya sendiri, misalnya mogok makan, tidak mau bicara,
membiarkan dirinya terjatuh dan sebagainya.
(d) Kelakuan
dan sikap menunjukkan ia benci kepada orang, acuh tak acuh, sering sakit dan
sebaginya.
3) Toleransi
orang tua yang berlebihan
Toleransi yang berlebihan membawa
dampak buruk bagi kesehatan mentalnya, diantaranya :
(a) Emosi
tidak matang
(b) Cepat
marah apabila tidak tercapai
(c) Tidak
pandai dalam mengisi waktu
(d) Tidak
dapat menghargai tanggungjawab, dan tidak bisa diberi tanggungjawab
(e) Tidak
sanggup menghadapi kesukaran dengan cara yang wajar
4) Orang
Tua yang keras
alasan yang mendorong menjadi keras
diantaranya didorng oleh keinginan , supaya anaknya belajar disiplin dan hidup
teratur sejak kecil,agar setelah dewasa dapat mengahadapi hidup dengan baik dan
mudah, mungkin pula oleh faktor orangtua yang mendapat perlakuan keras sejak
kecil. Karena ia sukses, disangkanya bahwa pendidikan yang diterimanya dulu itu
yang membawa sukses baginya dalam hidup.
5) Orang
tua yang terlalu ambisius
6) Sikap
orangtua yang berlawanan
b.
Kebutuhan akan rasa man
Unsur-unsur
pokok dalam rasa aman adalah Kasih sayang, Ketenteraman, Penerima
maka anak yang merasa sungguh-sungguh dicintai oleh orangtua dan
keluarganya, pada umumnya akan merasa bahagia dan aman.
c.
Kebutuhan akan Harga Diri
Orang tua sering kali lupa bahwa
anak-anak harus didengar dan harus diperhatikan pula pendapat dan kemauannya.
Inilah yang sering kali menyebabkan anak-anak kecil menangis, mungkin
berguling-guling dilantai berjam-jam lamanya, tidak mau dibujuk, tidak mau
berhenti menangis sampai suaranya hilang atau kepayahan.
Olok-olok dalam bentuk apapun,
menyebabkan si anak merasa tidak dihargai pula hukuman0hukuman,
perintah-perintah, larangan-larangan dan janji-janji akan hukuman tanpa ada
alasan jelas dan wajar, juga menyebabkan si anak ttidak berharga. Akibat dari
hilangnya rasa harga diri itu adalah merasa rendah diri, tak berani bertindak,
lekas tersinggung, lekas marah dan sebagainya.
d. Kebutuhan
akan Rasa Kebebasan
Kebebasan yang dimaksud disini buknlah
kebebasan yang tidak mengenal batas. Tapi kebebasan dalam batas-batas
kewajaran. Anak-anak pada usia 2-4 tahun permainannya bertujuan menumbuhkandan
memperkuat otot-ototnya. Untuk itu mungkin ia akan mendorong kursi, turun naik
tangga, memanjat-manjat, melompat-lompat, jungkir balik dan sebagainya.
Orang tua yang tidak mengerti permainan
seperti itu, mungkin akan marah atau membatasi aktiftasnya. Jika ini terajadi,
maka pertumbuhan anak akan terhalang dari segi fisik dan mental, ia akan
menjadi lamban bergerak dan merasa kecil hati (hilang kegembiraanya). Dalam
mengawasi anak bermain, perlu kita ketahui bahwa kemampuannya untuk menaksir
jarak, masih kurang sekali. Mungkin sebenarnya tempat itu tinggi , disangkanya
dekat saja. Kita sebagai orang tua cukup mengawasi dia bermain dan berikan
kebebasan dalam bermain untuk mengekpresikan perasaan dalam permainannya yang
disenanginya.
Kebebasan bermain dan berkawan dengan
anak-anak lain harus diberikan pada si anak . jangan kita melarangnya bermain
dengan anak-anak yang sebaya dengan dia. Walaupun ia sering berkelahi, karena
pergaulan itu nanti akan memperkembangkan jiwamsosial pada anak, ia akan
belajar bagaimana cara menghadapi teman, cara menekan keinginan supaya sesuai
dengan teman tersebut.
e. Kebabasan
akan Rasa Sukses
Anak-anak dari lahir sampai kira-kira
umur 6 tahun mengalami pertumbuhan fisik yang angat cepat, sedangkan
pertumbuhan masih sangat lamban. Karena itu anak-anak dibawah umur 6 tahun
belum dapat diterima sekolah dasar. Karena belum dapat mengikuti
Pelajara-pelajaran yang menghendaki pikiran-pikiran. Kalau anak dipaksa juga
belajar, mungkin ia akan berhasil, tapi akan lebih baik lagi bila kemampuan
untuk belajar itu sudah ada.
Rasa sukses yang dicapai oleh si anak
diwaktu kecil akan mempengaruhi hidupnya dikemudian hari, anak yang biasa
mendapatkan apa yang di inginkannya secara wajar dan tidak berlebih-lebihan,
akan mempunyai pandangan hidup yang optimis dikala ia besar nanti dan hidupnya
penuh semangat dan kegembiraan. Akan tetapi sebaiknya anak yang sering kali
gagal dalam percobaannya dan gagal dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya
dalam hidup, ia akan mempunyai pandangan hidup yang pesimis, ragu-ragu, tidak
berani menghadapi kesukaran-kesukaran, walaupun kesukaran itu ringan dan kecil,
ia akan bersikap masa bodoh, kurang peduli dan acuh tak acuh terhadap persoalan
orang lain.
f. Kebutuhan
akan Mengenal
Dalam mengenal sesuatu anak-anak sering
memegang sesuatu ditangannya sambil melihat dan memeriksa barang-barang dengan
matanya. Kebutuhan dan usaha si anak untuk mengenal lingkungannya, termasuk
faktor yang penting untuk menumbuhkan kesanggupan padanya. Salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan aktifitas sendiri (permainan) pada
masa anak-anak itu, permainannya tidak menentu. Disinilah peranan orangtua
dalam memimpin anak-anak itu. Bukan orangtua saja yang harus memperhatikan
permainan itu sebagai cara untuk mengenal, tapi para guru juga harus menolong
anak-anak dapat mempergunakan cara tersebut.
3.2 Problem dalam Perkembangan Anak
a.
Problem yang berhubungan dengan
Pertumbuhan Jasmaniproblem pertama yang dihadapi anak-anak menginjak masa
remaja (Adolesen) ialah pertumbuhan jasmani yang terjadi mulai dari kira-kira
umur 13-16 tahun diantaranya:
1).
Pertumbuhan pada anggota kelamin
2).
Pertumbuhan yang membedakan bentuk tubuh
laki-laki dan perempuan, dimana tanda-tanda seks makin jelas terlihat pada
tubuhnya.
3).
Pertumbuhan badan yang sangat cepat. Si
anak bertambah tinggi, besar dan berat badan dengan cepat sekali.
4). Terjadi Menstruasi pertama bagi anak
perempuan dan mimpi pada anak laki-laki
5). Tumbuhan jerawat dan bintik-bintik pada muka,
punggung, leher dan sebagainya.
Untuk menghindari / mengurangi problema
yang dialami oleh adolesen terhadap pertumbuhan jasmani itu dapat dilakukan
antara lain :
1) Berilah
mereka penjelasan untuk lebih mengenal dirinya ciri-ciri pertumbuhan dan
proses-proses yang terjadi pada setiap adolesen itu
2) Doronglah
mereka pergi ke dokter u/ memeriksa kesehatannya dan menerima petunjuk-petunjuk
medis tentang perubahan-perubahan bentuk tubuhnya.
3) Tolong
mereka mengatur memakan makanan sehat
yang membantu pertumbuhannya, dan memilih pakaian yang cocok dan cukup menarik
sesuai dengan usianya.
4) Latih
dan doronglah mereka untuk mempelajari bermaacam keahlian yang dapat digunakan
u/pengisi waktu luang agar tidak banyak memikirkan dirinya.
5) Harus
dijauhi cela-celaan dan kritikan-kritikan karena mereka sangat sensitif.
b.
Problem yang timbul berhubungan dengan
orangtua
Sering
kali orangtua memperlakukan anak-anaknya yang berumur13-14 tahun sama dengan
mereka yang berumur 9-10 tahun . perlakuan sikap dan tindakan orangtua yang
seperti itu akan menyebabkan anak-anak merasa tidak senang.
Sebaliknya
ada orang tua memperlakukan anak-anak yang terlihat sudah besar 16-17 tahun
seperti orang dewasa. Mereka lupa bahwa anak-anak itu baru selesai dari
menghadapi pertumbuhan jasmani yang cepat, dan mulai berbentuk dewasa, tetapi
sikap, pikiran dan emosinya belum selesai dari pertumbuhannya. Anak tersebut
belum mempunyai pengalaman, emosinya masih goncang dan saling mengalami
kegoncangan jiwa, akibat mulai bekerjanya organ-organ kelenjar seksual. Mereka
ingin merasa bebas dari campur tangan orang tua. Ingin sesekali pergi bersama
kawan-kawannya, jauh dari pandangan orang tua dan sebagainya. Dalam hal ini
orangtua harus mengetahui bahwa anak-anak ingin segala sesuatu yang masuk akal.
c.
Problem yang berhubungan dengan
pertumbuhan sosial
Masa
adolesen sering mengikuti atau mencontoh sikap kawan-kawan nya yang sebaya
tanpa dipikirkan lebih dahulu. Mereka takut akan disingkirkan atau diajak oleh
kawan-kawannya jika tidak mau mengikuti mereka. Itulah sebabnya mereka
seringkali pergi dari rumah u/ memenuhi kawan-kawannya, berbicara, bersenda
gurau dan ingin berkenalan dan bergaul dengan teman-temannya dari jenis lain.
Timbul kelakuan-kelakuan, cara berpakaian, berbicara dan sebagainya,
seolah-olah disengaja berlebih-lebihan dan dibuat-buat untuk menarik perhatian.
Tingkah laku dan sikap mereka yang seperti itu biasanya menimbulkan
teguran-teguran dan kritikan-kritikan orangtua, terutama para orangtua yang
fanatik beragama.
d.
Problem yang berhubungan dengan sekolah
dan pelajaran.
Tidak
semua anak mempunyai bakat dan kemampuan yang sama, ada yang kuat dalam satu
mata pelajaran dan lemah dalam pelajaran lainnya. Jika si anak kecewa karena ia
merasa kurang pandai dalam salh satu bidang pengetahuan, perlu kita beri
pengertian, tentang adanya perbedaan itu, dia hanya harus berusah sesuai dengan
kemampuan yang ada padanya. Perlu dijelaskan bahwa kecerdasan bukanlah
satu-satunya faktor yang menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam
pelajarannya, ketenangan jiwa juga mempunyai pngaruh atas kemampuan u/
menggunakan kecerdasan.
e.
Problem Pribadi
Disamping
problem yang berhubungan dengan pertumbuhan jasmani, sekolah, orangtua dan
masyarakat, dan tidak kalah menarik pula masalah-masalah pribadi yang tidak
dapat diungkapkan dan diceritakan kepada orang lain, bahkan terkadang persoalan
itu kurang jelas dalam hatinya.
Adolesen
membutuhkan orang tepat u/ mencurahkan perasaan-perasaan kegelisahan,
kecemasan, harapannya dan sebagainya. Jika ia tidak mempunyai teman erat yang
dipercaya dan orangtua nya tidak berusah mendengar dan memahami
keluhan-keluhannya, maka ia akan merasa sangat sedih, sehingga pelajaran dan
kesehatannya bisa terganggu. Mungkin akan terlihat dia menjadi pemarah,
penantang, keras kepala dan sebagainya.
Dalam
hal mendengarkan dan memperhatikan keluhkesahnya, sebaiknya kita sebagai
orangtua membatasi diri dan mengetahui batas-batas tertentu, agar adolesen
jangan merasa bahwa kita terlalu ikut campur dalam urusan pribadinya. Dan
jangan membandingkan keadaan kita dahulu dengan mereka sekarang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Pendidikan terahadap anak bukan sekedar
penanaman hal-hal atau sifat-sifat terpuji terhadap si anak seperti, sopan
santun, budi pekerti, agama dan sebagainya. Melainkan keadaan dan suasana rumah tangga, keadaan
jiwa ibu bapak, hubungan satu dengan lainnya.
b. Perkembangan pada asasnya ialah tahapan
perubahan Psiko-fisik manusia yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat.
c. pertumbuhan merupakan hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat, dalam perjalanan waktu tertentu.
d. Peranan orangtua selain memberikan
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat kejiwaan seperti kasih sayang, kebutuhan
Primair (pokok), juga memberikan kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan harga
diri, kebutuhan akan rasa kebebasan rasa sukses, kebebasan akan mengenal.
e. Setelah anak menginjak masa adolsen dia akan
mengalani ; masalah pertumbuhan jasmani, masalah dengan orangtua, sosial dan
masalah dengan pribadinya.
4.2 SARAN
a. Sebaiknya
orangtua dalam mendidik ank-anaknya, jangan terlalu berlebihan , beri
kesempatan kepada anak untuk bermain denga kawan-kawannya yang sebaya.
b. Sebaiknya
antara kebutuhan Primair yang menunjang pertumbuhan fisik anak dan kebutuhan
Psikis/kebutuhan rohaninya ada keseimbangan.
c. Setiap
anak setelah menginjak masa adolesen mereka mempunyai kesulitan tentang
pertumbuhan badannya yang sangat cepat atau masalah-masalah dengan mata
pelajaran, dengan orang tua, denga masyarakat itu semua butuh pengertian dan
pemahaman. Untuk itu orangtua harus membantu anak-anak member penjelasan apa
yang mereka sukara dimengerti.
d.
Dalam mengatasi problem-problem
pribadinya, orangtua harus membatasi diri, beri penjelasan ketika dia bertanya
jangan sampai terlihat ikut campur tangan dalam menyelesaikan problemnya dan
beri kebebasan dan tanggungjawab bahwa dia bias menyelesaikan masalah nya
dengan baik.
e. Jangan memperlakukan anak yang sudah
besar seperti anak kecil.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Dradjat
Zakiah, Dr. Kesehatan Masalah
(
Jakarta : CV Haji Masagung )
-
Djaramah,
syaiful Bakhir, Psikologi Belajar, Jakarta :
Rineka Cipta, Cet II
-
Majalah “Anakku” Edisi 4 tahun 2000
izin Copas yea
BalasHapusmakasih